 |
| Puluhan warga dirawat di puskesmas. |
"Kami mendapatkan mie rebus itu dari tetangga kami. Diantarkannya karena di rumahnya ada pengajian. Sekitar 3 jam setelah makan, mulai lah terasa seperti keracunan. Makanya langung saya minta tolong diantarkan ke Puskesmas,"kata Kasni, salah seorang korban.
Sementara Atun mengaku menyiapkan mie rebus itu untuk penganan usai pengajian yang ia selenggarakan di rumahnya. Tak hanya jemaah pengajian yang mendapatkan mie rebus, anggota keluarga Atun juga ikut menyantapnya. Atun bahkan menyerahkan mie rebus itu kepada sejumlah tetangganya sebagai sedekah. Mie itu dibelinya di pasar.
Dari sekira 70 orang yang terkena gejala keracunan, sebahagian besar adalah orang dewasa. Namun ada juga 5 orang ibu yang sedang hamil dan 8 orang anak-anak.
Sebahagian korban, khususnya yang tengah hamil, terpaksa dirujuk ke rumah sakit di Kota Rantau Prapat.
Kasus keracunan ini kin sudah ditangani pihak Kepolisian dan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Utara. Mereka masih mencari penyebab keracunan tersebut.
"Kita sudah minta keterangan dari warga yang menggelar pengajian tersebut. Yang bersangkutan mengatakan bahwa mie tersebut dibelinya dari pasar, nah kita sedang mencari penjual tersebut inisialnya R," kata Kasat Reskrim Polres Labuhanbatu, AKP Jama K Purba, Rabu (27/2/2019).
Selain itu, polisi juga sudah berkoordinasi dengan pihak dinas kesehatan untuk melakukan uji laboratorium sampel mie yang dikonsumsi para korban. ""Kita mau lihat dulu, apakah itu buatan sendiri (industri rumah tangga) atau seperti apa. Itu nanti jadi bagian dari penyelidikan," pungkasnya. (mar/fa/int)
