Air Penawar Duka di Kampung Gaib, Kemujarabannya Jadi Study Banyak Pelajar di Medan

Jumat, 11 Mei 2018 / 15.16
JIKA jalan-jalan ke Kota Medan, jangan lupa mampir ke Delitua. Di sana, di tepi alur Sungai Deli di Desa Pamah, ada sebuah daerah bernama Pancur Gading. Kawasan yang saban hari didatangi banyak orang ini ada dua mata air yang dikenal keramat. Dua mata air itu dikenal bernama pemandian Puteri Hijau dan pemandian panglima setianya.

Dalam legenda kuno, air dari dua pancuran ini memberikan kehidupan yang tenang serta kebahagiaan batin. Hingga saat ini banyak warga Medan, Deliserdang, Langkat, dan Karo masih mengeramatkan air dari pancuran ini. Keyakinan mereka yang kuat itu menjadikan air pancuran Puteri Hijau dipercaya membawa kesembuhan penyakit sekaligus penawar rasa duka.

Di dekat dua sumber air di sana -yang terus mengalir sepanjang zaman-  berdirilah dua petilasan. Dua petilasan itu terpisah puluhan meter. Setiap peziarah yang hendak memasuki 2 wilayah suci ini diharuskan mencopot alas kaki. Ketika memasuki petilasan, barulah terasa betapa keindahan dipadukan dengan kesucian yang sakral. Di bagian dalam petilasan terdapat banyak sesajian bunga yang harum semerbak. Bunga-bunga itu adalah persembahan para warga atau peziarah dari luar Delitua.

Namun kawasan yang indah dan menyejukkan hati itu bukan tanpa masalah. Pada abad ke-13 tercatat banyak korban berjatuhan di Pancur Gading. Tema itu pula yang menjadi studi puluhan pelajar SMA sebuah perguruan swasta di Medan yang datang ke Pancur Gading, Senin (7/5/2018) siang lalu. Tak hanya mendalami sejarah masa lalu Pancur Gading, sejumlah siswi dari rombongan itu juga tampak berobat dengan menggelar ritual mandi suci di Pancuran Puteri Hijau. Lewat kemujaraban air dikenal keramat itu, mereka mengaku ingin membuang sial yang sering dialami belakangan ini.

"Peperangan besar itu berawal dari aksi Puteri Hijau menolak lamaran raja dari Aceh," kata sang guru pada para pelajar yang dibawanya ke Pancur Gading. "Di areal inilah dahulu Puteri Hijau mendirikan istananya," sambungnya.

Itu secara sejarah. Secara metafisis, korban-korban akibat perang besar itu rohnya sekarang diyakini masih bergentayangan di sana. Berkumpul menjadi satu. Membentuk komunitas, yang disebut masyarakat gaib Kerajaan Puteri Hijau. Mereka hidup layaknya kehidupan nyata. Hanya bedanya, mereka membisu.

Sebutan daerah paling angker se tanah Deli bagi Pancur Gading tidak terlalu berlebihan. Itu karena daerah ini menjadi ajang perang besar antara pasukan dari Aceh dengan prajurit Kerajaan Haru yang dipimpin Puteri Hijau. Ribuan manusia tewas jadi tumbal peperangan itu. 

Berbicara Pancur Gading memang tidak akan ada habis-habisnya. Itu karena setiap jengkal tanah di sana sarat nilai mistik. Juga penuh dengan hal-hal yang angker. Jadi masuk akal, bila setiap penduduk  sekitar Delitua menyebut Pancur Gading sebagai daerah terangker di Tanah Deli. Kesadaran itu yang membuat sebagian penduduk yang hidup di sekitar Pancur Gading acap melakukan ritual selamatan. Mempersembahkan sesaji untuk keselamatan mereka sendiri. Selain, ada pula sebagian yang melakukan semadi untuk berkomunikasi dengan roh penghuni daerah itu. Abah Rahman, salah satunya.

Bagi Abah Rahman, Pancur Gading tak semata destinasi wisata ziarah di Kota Medan. Pancur Gading sejatinya juga sebuah perkampungan gaib. Daerah itu, menurutnya, dipenuhi rute-rute gaib. Karena itulah, paranormal berjuluk pemandu alam gaib itu nyaris saban hari berburu berkah di Pancur Gading. Ditemui di sela aktifitas mengobati para pasiennya di Pancur Gading, Abah Rahman pun bercerita.

Menurutnya, istana gaib di Pancur Gading berada di tepi sungai daerah itu. Di sana, tinggal Puteri Hijau dan panglimanya. Keduanya merupakan ratu dan raja mistis. Memerintah seluruh makhluk halus yang tinggal di kawasan Pancur Gading. Ceritanya, saat perang berkobar pada 700 tahun lalu itu, dua pemimpin 

itu dalam waktu nyaris bersamaan tiba-tiba mokswa. Hilang tanpa bekas. Dan lewat terawang mistik maupun tengara-tengara spiritual yang didapat Abah Rahman, dua tokoh sakti masa lalu itu akhirnya diketahui telah menyatu. Menyatu menjadi pemangku dari kerajaan lelembut yang sangat penting di Tanah Deli ini. Anda punya problem pelik? Dan belum pernah merasakan kehebatan karomah roh-roh leluhur? Datangi Abah Rahman. (ril/riz)
Komentar Anda

Terkini