Sanitasi Harus Aman, Limbah Tinja Diolah Jadi Pupuk

Selasa, 31 Juli 2018 / 18.08
Timbunan pupuk yang diolah dari limbah tinja.
MEDAN, KMC - Hingga saat ini masyarakat belum banyak mengetahui pentingnya tangki septik disedot secara teratur. Padahal hal itu diharuskan agar memastikan sanitasi aman.

Hal itu terungkap saat diskusi tematik bersama media “wujudkan sanitasi aman” di IPAL Cemara, Medan, Selasa (31/7).

Direktur Air Limbah PDAM Tirtanadi, Ir Heri Batang Hari Nasution mengungkapkan sampai sekarang, belum ada operator yang bertanggungjawab untuk menyedot limbah domestik dan tidak diketahui dimana limbah domestik itu dibuang.

“Seperti kita tahu, ada beberapa mobil tanki tinja swasta yang menyedot tinja ke rumah-rumah warga, kemana mereka buang limbah tinja itu. Kita kan tidak tahu. Mungkin saja dibuang ke sungai atau ke perkebunan untuk dijadikan pupuk. Kita tidak tahu,” papar Heri saat membuka diskusi tematik itu.

Heri menambahkan belakangan ini, PDAM Tirtanadi telah menyarankan agar mobil tanki penyedot tinja itu membuang limbah tinjanya ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di IPAL Cemara, Medan. Tapi sayang, masih sangat minim mobil penyedot tinja yang membuang limbah tinjanya ke IPLT Cemara, Medan tersebut.

Berdasarkan catatan PDAM Tirtanadi, hanya 2 truk mobil tanki tinja swasta yang membuang limbah tinjanya ke IPLT Cemara. Padahal, IPLT Cemara Medan bisa menampung hingga 13 truk per hari.

“Per satu tanki tinja itu hanya berkapasitas 4 kubik. Berarti hanya 8 kubik saja dibuang kemari limbah tinja Kota Medan. Sisanya, dibuang kemana. Kita tidak tahu,” ujarnya.

Sementara, Heri menambahkan pihaknya tidak membebankan biaya yang besar untuk retribusi pembuangan mobil limbah tinja. “Cuma Rp 45 ribu per tanki. Tapi kenapa mereka malas buang kemari. Apakah terlalu mahal,” ujarnya.

Untuk menyiasati agar limbah tinja Kota Medan tidak dibuang sembarangan, Heri menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemko) Medan. “Masalah ini akan kita dudukkan bersama. Tapi kedepannya, PDAM akan mengurus masalah limbah tinja ini,” ujarnya.

Sebagai langkah konkrit, PDAM Tirtanadi meluncurkan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) di Kota Medan yang didukung oleh USAID melalui program Indonesia Urban Water, Sanitation and Higiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua (IUWASH PLUS).

Regional Manager IWUSH PLUS Sumatra Utara, Mohammad Yogi mengungkapkan LLTT merupakan program pelayanan penyedotan lumpur tinja secara periodik atau terjadwal yang ditetapkan pada sistem pengelolaan air limbah setempat yang diolah pada instalasi yang ditetapkan.

Untuk mendukung program LLTT itu, IUWASH PLUS menyediakan pendampingan teknis dan mendukung kesadaran masyarakat agar bisa memanfaatkan sarana IPLT dan mengakses layanan LLTT.

“Yang bertanggungjawab membuang limbah domestik di Medan belum ada. Inilah yang mau kita luruskan. Inilah kondisi yang kita hadapi dan harus kita benahi bersama. Makanya disediakan lah layanan LLTT yang nantinya dibawa ke IPLT untuk dikelola disini,” paparnya.

Berdasarkan estimasi, Mohammad Yogi menambahkan masyarakat yang menggunakan layanan LLTT akan dikenakan biaya Rp 14.000 per Kepala Keluarga (KK) per bulan. “Estimasi harga itu sudah kita hitung termasuk biaya minyak mobil layanan LLTT itu. Semoga, Medan menjadi kota layak sanitasi,” pungkasnya.

Plt Ketua Tim Pengembangan Pengelolaan Air Limbah PDAM Tirtanadi, Lokot Parlindungan Siregar mengungkapkan berdasarkan data, masing-masing orang dewasa mengeluarkan tinja 250 gram per hari atau 1/4 kilogram.

“Coba kita kalikan dengan jumlah warga Medan sekitar 2.5 juta orang dikalikan 1/4 kilogram tinja per hari. Kalau tidak dikelola dengan baik, Kota Medan akan tenggelam dengan tinja,” paparnya.

Usai diskusi, wartawan diajak mengunjungi pengolahan IPAL /IPLT Cemara dipandu Fauzan Nasution ST. Fauzan memaparkan pengolahan limbah tinja masyarakat hingga sesuai dengan baku mutu permenkes, lalu dialirkan kembali ke sungai.

Menurut Fauzan, Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang terlengkap pengolahan lumpur tinjanya. "Limbah ini juga diolah jadi pupuk, tapi belum kita komersilkan,"ujarnya. (mar)
Komentar Anda

Terkini