Tradisi Turun Temurun, Desa Sambirejo Timur Rayakan Satu Suro Dengan Nasi Tumpeng

Sabtu, 28 Agustus 2021 / 16.56

Desa Sambirejo Timur menggelar perayaan satu suro yang merupakan tradisi untuk memperingati Tahun Baru Islam.

Kades Sambirejo Timur Joko Susilo memberikan nasi tumpeng kepada Camat Percut Sei Tuan Ismail SSTP MSP pada acara kenduri suroan.

DELI SERDANG, KLIKMETRO.COM - Sudah tradisi turun temurun di Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang setiap tahunnya menggelar ritual bulan suro atau muharram. Namun kali ini dalam situasi pandemi covid-19, kegiatan digelar sederhana dengan mengedepankan protokol kesehatan, Sabtu (28/8/2021) sekira pukul 11.00 wib.

Kepala Desa Sambirejo Timur Joko Susilo AMD mengatakan, pihaknya menggelar kegiatan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1443 Hijriah atau dalam penanggalan Jawa adalah bulan suro, sebagai bagian dari tradisi dan rutin digelar setiap tahun. 

Sebelum wabah virus corona melanda, kegiatan ini kerap dirangkai dengan berbagai acara, seperti wayang kulit, tari-tarian dan acara hiburan lainnya. Tapi karena kondisi saat ini berbeda, acara hanya berlangsung sederhana dengan undangan terbatas dan memaknai pergantian tahun dengan penghayatan, prihatin, religius, dan penuh meditasi.

"Biasanya banyak pejabat yang kita undang untuk peringatan bulan Suro ini, termasuk Bupati Deliserdang. Namun situasi saat ini pandemi, acara peringati bulan Suro tetap digelar tapi secara sederhana saja,"kata Joko Susilo dalam acara kenduri suroan yang digelar di Aula Kantor Desa Sambirejo Timur ini .

Hadir pada acara itu Camat Percut Sei Tuan Ismail SSTP MSP menyampaikan terimakasih kegiatan 1 Suro tetap digelar Desa Sambirejo Timur meski situasi pandemi.

"Memang sudah semestinya kegiatan bulan suro atau Muharram yang merupakan Tahun Baru Islam ini kita rayakan,"kata camat yang didampingi Sekcam Nasib Solihin dan Babinkamtibmas Aipda Suwandi.

Selanjutnya, Sekcam Nasib Solihin juga berkesempatan menjelaskan makna dan penjabaran bulan Suro menurut adat Jawa atau Kejawean.

Di acara terbatas agar tidak melanggar prokes itu, Kades Joko Susilo memberikan nasi tumpeng kepada camat sebagai tanda rasa syukur dan doa keselamatan dari segala musibah. 

Sekilas Tentang Perayaan Satu Suro

Sebagian besar masyarakat Jawa masih mempercayai bahwa malam satu Suro memang malam istimewa. Di berbagai daerah banyak tradisi memperingati Tahun Baru Jawa sekaligus Islam ini. Dlam Misteri Bulan Suro, Perspektif Islam Jawa, kata “Suro” berasal dari kata “Asyura” dalam bahasa Arab yang berarti “sepuluh”. Kata Asyura di sini merujuk pada tanggal 10 bulan Muharam, yang berkaitan dengan peristiwa wafatnya Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhamad di Karbala (sekarang masuk Irak).

Dari Sultan Agung inilah kemudian pola peringatan tahun Hijriah dilaksanakan secara resmi oleh negara, dan diikuti seluruh masyarakat Jawa. Berbagai ritual perayaan Muharram dan Asyura di Indonesia terus lestari sampai sekarang berkat jasa Sultan Agung.

Hingga saat ini, setiap tahunnya tradisi malam satu Suro selalu diadakan oleh masyarakat Jawa. Satu suro biasanya diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum. Sebab, pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.

Beragam tradisi seringkali digelar untuk menyambut bulan Suro seperti jamas pusoko, ruwatan, hingga tapa brata. Dalam tradisi keraton, para abdi dalem keraton mengarak hasil kekayaan alam berupa gunungan tumpeng serta kirab benda pusaka. (lbs/mr)

Komentar Anda

Terkini