2 Toke Bangkrut Nyaris Serentak, Santet Tanah Kuburan Serang Petisah & Sambu

Minggu, 29 April 2018 / 23.13
Abah Rahman.
KEGADUHAN tertutup keramaian aktifitas dagang muncul di kawasan Sambu dan Pasar Petisah, Medan. Sepanjang 2 bulan terakhir, serangan santet ditemukan telah membunuh nafas segelintir usaha di sana. Ini hasil penelusuran kasus bermotif persaingan jahat itu.

Semula dinilai wajar. Begitu pula dengan Gun (51). Pemilik toko barang pecah-belah di areal Pajak Petisah luar ini biasa saja saat tahu usahanya sepi pembeli. Bahkan tiga hari berturut sama sekali tak mendapat omset, Gun masih tetap coba tenang. Tapi itu tak lama.

Akhir Maret 2018, ayah 3 anak ini mulai kelimpungan. Dan temuan senada sepanjang April -hingga Kamis (26/4/2018)- membuatnya haqul yakin. Ada yang tak beres di balik dagangnya. Siapa tak heran. Selama hampir dua bulan itu, toko Gun yang sepi akhirnya semakin sepi dan tidak ada lagi pembeli. 

Gun bukanlah pedagang baru. Asam garam di Petisah dirasanya sejak tahun 2001. Darah niaga Gun turun dari sang ayah. Era 70-an, ayah Gun berjualan macam-macam bahan kebutuhan hidup di Pasar Petisah. Saat itu Petisah masih berlokasi di Pajak Bundar. Ini areal patung Guru Patimpus, persimpangan S Parman. 

"Selama tujuh belas tahun jualan, baru sekarang inilah aneh cem gini," kata Gun, dengan logat khas Medan. "Diguna-guna, apa iya?" sambungnya, mengomentari keyakinan istri dan iparnya. "Siapa yang buat?" Gun tegang mendengar cerita sang istri yang mengaku baru mendatangi paranormal. Siapa orang pintar yang didatangi istri Gun? Belum diketahui. Hingga Sabtu (28/4/2018), toko Gun tampak masih buka dan tetap sepi.

Nah, tanpa setahu Gun dan keluarga, keanehan serupa ternyata dialami 2 toke lain di Medan. Karena punya sejumlah karyawan dan biaya operasional lebih tinggi, mereka bahkan lebih pilu dibanding Gun. 

Mariono (47), demikian toke nahas pertama. Ini pemilik sebuah rumah makan di bilangan Petisah. Rumah makan Mariono terbilang baru di sana. "Pertama buka, ramai bukan main. Tapi setelah beberapa bulan, jadi sepi, sepi dan akhirnya tidak ada yang makan sama sekali," ungkap Mariono. Menurutnya, itu terjadi sejak pertengahan Maret 2018.

"Makanan pun menjadi basi dan akhirnya dibuang untuk makanan kucing. Sementarakaryawanku ada enam orang, ya menganga ajalah mereka setiap hari.
Melongo menanti pembeli tapi tak ada yang masuk untuk makan," sambungnya. 

"Memang ada beberapa mobil yang mau singgah, nampak si penumpangnya mau makan, tapi setelah melihat sepi, dia berbelok ke tempat lain dan masuk 
ke rumah makan yang lain. Rumah makanku mandeg total dan sudah aku tutup," sambungnya lagi, diiringi wajah menunduk. Mariono pun angkat 
tangan saat sejumlah orang yang mendengar kisahnya bertanya soal total kerugian dari usaha rumah makan baru itu. "Gak usah tanyalah, sakit 
(kalau diucap)," katanya. 

Terjadi Jumat (27/4/2018) lalu, toke rumah makan itu ditemukan membeber kisah bangkrutnya pada Abah Rahman. Ceritanya, paranormal pemandu alam gaib itu didatangi Mariono karena mengikuti saran temannya, Syahmerdan (54). Tak semata mencari biang penyebab kebangkrutan, kedatangan Mariono utamanya terkait rencana membuat usaha lain. "Belum tahu, tapi yang jelas bukan rumah makan," katanya soal usaha yang akan dimulainya.

Menemui sang cenayang di lokasi pemandian Putri Hijau, Delitua, Deliserdang, Sumatera Utara, Mariono tampak ditemani Syahmerdan. "Ya, memang saya yang nyarankan. Dia harus menemui Abah, soalnya mau buka usaha lagi. Keledai saja tak mau jatuh ke lubang yang sama," tukas Syahmerdan. "Dan kami ini senasib. Bangkrutnya pun hampir bersamaan," imbuhnya.

Mariono dan Syahmerdan ternyata sesama pengusaha rumah makan. Nahas bisnis rumah makan Syahmerdan terjadi awal Maret 2018. Dengan kerugian 
lebih besar dibanding Mariono, rumah makan milik Syahmerdan 2 bulan lalu berada di sebuah Ruko kawasan Sambu. "(Modal) pinjam bank dengan agunan 
tanah serta rumah. Belakangan kredit macet, dan saya hampir tak mampu membayar bunga cicilan dan uang pinjaman keseluruhan. Sampai sekarang 
masih berperkara." Syahmerdan buka kartu soal efek dari usahanya yang bangkrut. Lalu apa biang kehancuran 2 toke rumah makan itu? 

Dugaan Mariono danSyahmerdan ternyata tak meleset. “Tanah kuburan. Itu jenis santet yang telahmenghancurkan usaha mereka," jelas Abah Rahman, seusai mendapat wisik gaib soal biang problem 2 toke rumah makan itu. "Soal itu nanti,"sambung paranormal itu, meredam Mariono yang tampak ngebet ingin tahu 
sosok yang telah menghancurkan usaha rumah makannya.

"Di Medan, juga Binjai, Lubuk Pakam dan Tanjung Morawa, banyak sudah usaha yang menggunakan kekuatan gaib. Macam-macam. Ada rumah makan, salon, toko fashion, grosir. Untuk apa? Ya untuk menjaga usaha-usaha itu dari serangan gaib seperti yang telah mereka alami. Jadi jika kau tidak mempercayai hal itu, usahamu yang kedua nanti pun hancur total," beber Abah Rahman, menatap Mariono dan Syahmerdan.

"Ingat," urainya lagi, "persaingan kini semakin keras dan jahat. Apalagi di kota besar. Orang yang merasa usahanya disaingi, buru-buru menebar tanah kuburan dan membuat tempat usaha lawan langsung macet, tidak laku dan sepi. Tanah kuburan memang media paling ampuh untuk memberhentikan usaha apapun. Efeknya lebih cepat nampak ketimbang serangan (santet) lewat air bekas mandi mayat." Ayo, siapa yang belum memagar gaib usaha dagangnya? (bah/ril)
Komentar Anda

Terkini