Ilustrasi. Ft/ist
JAKARTA, KLIKMETRO.COM - Program
Vaksinasi COVID-19 segera memasuki tahap kedua, Seiring dengan hampir
selesainya pemberian vaksinasi tahap pertama kepada para tenaga kesehatan.
Salah satu kategori yang masuk di tahap kedua ini adalah lansia, yaitu seseorang
yang berusia 60 tahun ke atas. Lansia termasuk yang didahulukan atau menjadi
prioritas karena memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi fatal.
Juru bicara Vaksinasi COVID-19
Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menjelaskan ada sekitar
21 juta orang yang termasuk kategori lansia yang akan menjadi sasaran program
vaksinasi tahap kedua ini.
Lebih lanjut, dr. Nadia
menjelaskan bahwa ada prosedur spesifik dan berbeda untuk melakukan vaksinasi
kepada lansia tersebut. "Untuk penyuntikan menggunakan vaksin Sinovac ini,
interval penyuntikan khusus untuk lansia adalah 28 hari, ” jelasnya.
Selain soal interval penyuntikan,
ada tahapan lain yang diberlakukan kepada lansia. “Untuk tekanan darah dan
suhu, sama dengan kategori lain, yaitu suhunya mesti 37,5 derajat celcius ke bawah
dan tekanan darahnya tidak boleh lebih dari 180/110 mmHg. Yang berbeda adalah
yang berkaitan dengan kondisi fisik, ada tambahan pertanyaan pada tahapan
wawancara terkait hal itu sebelum dilakukan penyuntikan kepada lansia. Ini
wujud aspek kehati-hatian,” ujar dr. Nadia.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut
adalah:
1. Apakah mengalami kesulitan
untuk naik 10 anak tangga?
2. Apakah sering merasa
kelelahan?
3. Apakah memiliki paling
sedikit 5 dari 11 penyakit (Hipertensi, diabetes, kanker,
penyakit paru kronis, serangan
jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma,
nyeri sendi, stroke dan
penyakit ginjal)?
4. Apakah mengalami kesulitan
berjalan kira-kira 100 -200 meter?
5. Apakah mengalami penurunan
berat badan yang bermakna dalam setahun
terakhir?
“Jika ada tiga atau lebih yang
dijawab ‘iya’ oleh calon penerima vaksin lansia, maka vaksin tidak dapat
diberikan. Demi lancarnya proses ini, kepada calon penerima vaksinasi
diharapkan memberikan keterangan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Itu juga
agar bisa memberikan efek vaksin yang maksimal dan memperkecil risiko
terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI yang serius,” jelas dr.
Nadia. (rel/mar)