Anak Tewas Kesetrum Akibat Kabel Listrik Jatuh, Ibu Menjerit Minta Tanggungjawab PLN

Kamis, 14 Oktober 2021 / 22.37

Sari Agustina, ibu korban saat menunjukkan foto putranya yang meninggal dunia. (Surya/klikmetro)

MEDAN, KLIKMETRO.COM - Duka mendalam dirasakan Sari Agustina (43), warga Jalan Denai, Gang Pinang Raya, Kecamatan Medan Denai, Medan. Raynaldi (23), putranya meninggal dunia akibat sengatan listrik dari kabel PLN yang jatuh. Anehnya, pihak PLN seolah buang badan dan berdalih peristiwa itu faktor alam.

Pada media ini, Sari membantah pihaknya mendapat kompensasi dari pihak PLN dalam hal ini, ULP Medan Kota. Kendati mengakui ada pihak PLN yang datang melayat ke rumah duka, namun dia tak menerima bantuan maupun kompensasi dari ULP Medan Kota.

"Saya baca di koran dan online, kalau kami menerima uang duka dari PLN. Sama sekali kami tidak ada terima. Kemarin yang datang ibu-ibu dari PLN, dia berikan Rp 1 juta. Tapi itu katanya uang pribadi dia sebagai tanda turut berduka,"kata ibu parobaya ini saat menyambangi wartawan, Kamis (14/10/2021).

Berdasarkan kronologis yang diterima dari teman putranya. Saat kejadian naas itu, Jumat (25/6) lalu, Raynaldi dan temannya keluar rumah hendak main. Saat itu hujan gerimis. Mereka melintasi Jalan Denai Gang Tujuh dan melewati genangan air di jalan. Tiba tiba Raynaldi kejang-kejang dan terjatuh. Temannya mencoba mendekat untuk menolong, tapi dia kesetrum. Sontak teman Raynaldi meloncat dan menjauhi Raynaldi. 

Dia lalu meminta bantuan warga sekitar. Namun tak seorang pun berani membantu karena tampak kabel listrik jatuh menyentuh air yang diyakini sudah teraliri listrik.

"Ada dua jam anakku tersengat listrik, tak ada yang berani menolong. Setelah datang petugas PLN, barulah arusnya dimatikan. Tapi anakku sudah meninggal,"katanya dengan raut sedih.

Saat itu pihak PLN menyatakan akan memberi kompensasi dan meminta kelengkapan surat-surat, termasuk surat kematian. Setelah diurus hingga berbulan-bulan, belum ada jawaban dari pihak PLN. Beberapa hari lalu saat ibu korban kembali mendatangi Kantor PLN ULP Medan Kota, seorang pegawai PLN bernama Veriani Sinaga datang memberikan uang duka sebesar Rp 1 juta. Pengakuan Veriani, uang tersebut merupakan bantuan pribadi dari dirinya. Karena disebut uang pribadi, ibu korban pun menerimanya.

Tak nyana, beberapa hari kemudian dia membaca di koran dan media online, pihak PLN menyebutkan sudah memberikan santunan kepada keluarga korban kesetrum listrik.

"Selama berbulan-bulan saya urus surat yang diminta PLN, kok tiba-tiba ngakunya sudah memberi santunan. Santunan apa yang saya terima? Dimana tanggungjawab PLN, kabel mereka jatuh dan mengambil korban jiwa. Lalu dengan enteng mengatakan, faktor alam. Apa sedangkal itu pekerjaan PLN. Trus kalau orang mati karena kecerobohannya bekerja, lalu mereka tinggal buang badan saja,"kata Sari seraya menegaskan dirinya akan meminta tanggung jawab pihak PLN. 

Kompensasi 

Terkait hal ini, wartawan bersama ibu korban coba melakukan konfirmasi ke Manager PLN ULP Medan Kota, di Jalan Listrik Medan. Namun menemui pejabat ini bukan hal yang mudah. Banyak hambatan dan pertanyaan dari petugas sekurity. Beberapa lama menunggu di ruang tunggu, Veriani Sinaga yang mengaku menjabat sebagai KL3 ULP PLN Medan Kota mendatangi ibu korban dan wartawan.

Ditanyakan mengenai kompensasi. Veriani mengatakan, uang yang diberikannya itulah sebagai bantuan kepada ibu korban. "Loh bukankah uang yang saya berikan itu kemarin sudah ibu terima,” kata wanita berjilbab tersebut. 

"Memang benar itu uang pribadi saya, karena bantuan dari PLN tidak ada,"kata Veriani dengan wajah tampak agak emosi. 

Sari lalu menunjukkan koran yang memberikan PLN telah memberikan santunan. "Jadi kenapa ini diberitakan, seolah PLN memberikan santunan kepada kami. Ketemu saja saya tidak pernah sama Oktovo, manager PLN ini,"bilang Sari.

Merasa ada kejanggalan, wartawan meminta nomor kontak manager ULP PLN Medan Kota, Oktovo dan mempertanyakan mengenai santunan tersebut. 

Saat dihubungi,  Manager PLN ULP Medan Kota,  Oktovo mengaku sadang rapat di dalam kantornya hingga tidak bisa bertemu dengan keluarga korban yang juga berada di kantor tersebut.  

“Saya rapat bersama seluruh manager PLN,” jawabnya. 

Saat disinggung mengenai santunan dari PLN kepada keluarga korban, Oktovo mengatakan jika santunan telah ia berikan kepada keluarga korban. Namun saat ditanya kapan dan di mana diberikan, manager tersebut tidak menjawab. Bahkan berapa besar santunan PLN, dia hanya mengatakan rahasia.

Saat ditanya apakah santunan sebesar Rp 1 juta yang diberikan KL3 PLM ULP Medan Kota, Veriani Sinaga kepada pihak korban itu yang dimaksud? Oktovo tak memberikan jawaban.

Diduga karena pertanyaan wartawan kepada manager, Veriani tampak gerah dan menelepon seorang pria yang diakuinya sebagai suami dan merupakan Polisi Militer. Wartawan sempat bertanya, apa hubungan kasus PLN dengan suami Veriani yang disebutnya polisi militer. "Ngomong saja sama suami saya,"katanya dengan nada kurang enak.

Tampak dari layar video call seorang pria berseragam militer berbicara dari handphone mengatakan jangan menuntut istrinya. Wartawan coba menjelaskan kedatangan mereka hanya konfirmasi, bukan menuntut istrinya. 

Tak lama Veriani mematikan pembicaraan dan pergi meninggalkan ibu korban dan wartawan. Sikap tak bersahabat yang ditunjukkan Veriani menimbulkan keheranan. Ibu korban dan wartawan pun beranjak meninggalkan kantor PLN dengan segudang pertanyaan di kepala dan keanehan atas sikap para pejabat PLN di sana.  (sur/mar)

Komentar Anda

Terkini