Fatoni mengatakan Sumut merupakan provinsi terbesar penghasil kopi ketiga di Indonesia dengan kualitas terbaik dan beragam jenis kopi yang berasal dari 33 Kabupaten/Kota se-Sumut. Dirinya berharap melalui launching ‘Kopi Sumut’ maka akan lebih banyak orang yang mengenal kopi tersebut.
“Kopi Sumut itu banyak jenisnya, ada kopi Lintong, Sipirok, Sidikalang, Simalungun, Toba, Samosir, banyak jenisnya, ternyata kita sangat kaya sekali, termasuk kopi Mandailing dan kopi Karo. Kalau kita brandingnya kecil-kecil (masing-masing daerah) ini gak akan terasa, tapi kalau brandingnya tunggal ‘Kopi Sumut’ maka orang nanti akan mengenal ini kopi Sumut,” ucap Fatoni.
Fatoni menjelaskan, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ketiga di dunia, setelah Brazil dan Vietnam. Berdasarkan laporan BPS tahun 2023, produksi kopi Indonesia mencapai 800.000 ton dengan kontribusi Sumut sekitar 11% dari total produksi nasional, dimana rata-rata produksi mencapai 90.000 ton per tahun.
“Tahun 2023 nilai ekspor komoditas kopi Sumut mencapai US$ 416 juta atau senilai Rp5,8 triliun dengan total ekspor 71.000 ton dan kopi menjadi sumber devisa terbesar ke-3 pada sub sektor perkebunana setelah sawit dan karet,” jelasnya.
Oleh karena itu, Fatoni mengajak pelaku usaha kopi untuk meningkatkan hilirisasi pengolahan kopi, guna memenuhi permintaan pasar dengan memanfaatkan teknologi. Selain itu, dia juga meminta agar meningkatkan keterampilan dan kompetensi SDM di sektor kopi, khusunya barista, roaster dan penguji rasa kopi.
“Tidak hanya rasa kopi, tapi kita bisa bangkitkan juga aneka industri dari kopi. Jadi kopi bukan hanya diminum, tetapi kita bisa buat aneka kerajinan dari kopi, berupa makanan maupun produksi lainnya dari kopi,” ucap Fatoni.
Kemudian, untuk mendukung pengembangan dan pembenahan industri kopi, Pemprov Sumut telah memberikan bantuan bibit hibrida dan pupuk serta memfasilitasi akses pembiayaan untuk pengembangan industri kopi bagi pelaku UMKM. Fatoni juga berharap dengan hadirnya brand tunggal ‘Kopi Sumut’ masyarakat Sumut lebih mencintai produk lokal sehingga kopi Sumut bisa menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri.
“Jadi kita berharap masyarakat Sumut bisa mempromosikan dengan membuka lebih banyak gerai, semakin mencintai kopi lokal. Karena kopi Sumut ini termasuk kopi specialty yang artinya kualitasnya terbaik dengan grade coffe di atas 80 yang mampu bersaing di pasaran nasional maupun internasional. Karena pecinta kopi itu semakin hari semakin bertambah dan menunjukan bahwa 6 dari 10 orang itu menyukai kopi dan ini menjadi peluang bagi pertumbuhan UMKM kita,” ucap Fatoni.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumut Naslindo Sirait mengatakan Sumut memiliki potensi dan kualitas kopi menjadi peluang sebagai penggerak ekonomi karena tidak semua daerah bisa menjadi produsen kopi. Kedepannya dia berharap akan ada kolaborasi pengembangan industri kopi mulai dari sektor hulu, setelah panen sampai dengan hilirisasinya, karena tren konsumsi kopi domestik dan dunia juga meningkat.
“Kita akan manfaatkan peluang ini sebaik mungkin, tidak semua daerah memiliki potensi kopi karena ini tergantung kondisi geografis, kita banyak memiliki kopi asli daerah punya karateristki sendiri dan punya grade yang bisa diatas 80 sehingga menjadi kopi specialty yang punya jual yang tinggi dan dinikmati konsumen internasional,“ jelasnya.
Selanjutnya, Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumut Darwin Harahap mengatakan petani kopi harus tetap konsisten menjaga bahkan terus meningkatkan kualitas produksi kopinya sehingga kopi Sumut dapat menjadi idola bagi penikmat kopi dalam dan luar negeri.
Turut hadir Konjen India di Medan Ravi Shanker Goel, Pj Ketua TP PKK Sumut Tyas Fatoni, asisten, pimpinan OPD Pemprov Sumut, Kepala OJK Sumut Khairul Mutaqqin, pimpinan BUMD, barista dan pelaku UMKM. (mar)