Sering Sakit Kepala? Waspadai Gejala Penyakit Skizofrenia

Jumat, 05 April 2019 / 20.04
Ilustrasi. Foto int
MEDAN, KMC - Di dunia pada tahun 2013
Penderita skizofrenia adalah satu dari 25 kasus tertinggi penyebab disabilitas . Secara sosial dan ekonomi sangat menjadi beban tidak hanya bagi pasien, tetapi juga bagi keluarga yang secara langsung melibatkan emosi, perasaan dan lingkungan sekitar.

Hal ini dikatakan dr Ira Aini Dania MKed SpKJ pada Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IV Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Idonesia (PDSKJI) Sumut di Medan, Jumat (5/4/2019).

Akademisi  USU ini mengatakan beban ekonomi memegang peranan sangat penting di dalam keluarga pada negara berkembang dan dunia ketiga. Beberapa faktor sebagai penyebab adalah biaya medis secara langsung dan tidak langsung. Terbatasnya durasi perawatan di rumah sakit jiwa, akses terhadap pengobatan merupakan hal yang sering dijumpai.

Ia membeberkan penelitian terdahulu mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan caregiver dalam merawat penderita skizofrenia. "Bahkan federasi kesehatan mental dunia melakukan pemantauan terhadap beban penyedia pelayanan jiwa bagi penderita gangguan jiwa kronis sebagai masalah global. Hal ini menjadi tantangan ke depan mengatasi beban sosial ekonomi dalam tatalaksana skizofrenia," sebutnya.

Sementara, dr Donald F Sitompul SpKJ menambahkan skizofrenia suatu gangguan psikotik merupakan gangguan jiwa berat yang banyak dijumpai. Perjalanan skizofrenia yang kronis dan cenderung kambuh memberi beban baik bagi pasien, keluarga dan masyarakat.

"Obat antipsikotik merupakan unsur utama pada pengobatan farmakoterapi. Sebagian besar pasien skizofrenia berespon lebih baik pada awal penyakitnya dan berisiko mengalami luaran yang buruk karena tilikannya terganggu kepatuhan terhadap pengobatan," tutur Donald dari UMI.

Sedangkan, dr Danardi Sosrosumihardjo SpKJ (K) mengatakan dokter/psikiater harus memiliki kompetensi tentang pemberian obat secara baik dan benar khususnya golongan psikotropika salah satunya adalah jenis benzodiazepine.

"Dengan memahami sifat-sifat zat benzodiazepine, maka seorang dokter/psikiater dalam memberikan pelayanan kesehatan harus dapat mendiagnosis secara baik dan bisa memgukur berapa dosis yang diperlukan oleh pasien yang sedang dihadapinya," katanya.

Dokter tersebut, lebih lanjut dikatakan Danardi dari UI ini, dapat mengenali karakter pasien ada atau tidak potensi kecenderungan meng-abuse obat-obat yang diberikan kepada. "Dokter/psikiater diharapkan senantiasa memonitor perkembangan penyakit pasien. Dokter/psikiater harus tertib dan selalu berpegang teguh pada ilmunya dalam pemberian benzodiazepine sesuai dengan pedoman yang ada," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua IDI Sumut dr Edy Ardiansyah SpOG (K) membuka acara PIT IV PDSKJI Sumut yang dihadiri Ketua Panitia PIT IV Dr dr Elmeida Effendy MKed SpKJ (K), 202 peserta yang terdiri dari psikiater, dokter spesialis lainnya, dokter umum, dokter muda dan mahasiswa.

Ketua PDSKJI Sumut, dr Mustafa M Amin MKed KJ MSc SpKJ (K) mengatakan kegiatan ini bertujuan mengupdate keilmuan dokter/psikiater, diperlukan untuk restefisikasi profesi yang dilakukan setiap lima tahun sekali, sekaligus bersilaturahmi. (siti)
Komentar Anda

Terkini